Tak pernah terfikir olehku, terjebak didalam kenyataan dunia yang sama
sekali tidak aku sukai. Terjebak dalam setiap ruang waktu yang tidak aku
inginkan terus menerus.
Bagai sebuah sandiwara kolosal yang terus dilakoni oleh para
pemain-pemainnya, terus dan terus dan terus beradegan hingga tiba pada titik
penyelesaian yaitu akhir dari sandiwara.
Namun, ini sedikit berbeda, setiap peran dalam ruang waktu itu terus aku
mainkan tanpa tahu kapan akan berakhir. Tidak pernah ada titik temu akan semua
adegan dan tidak pernah ada titik balik akan sebuah penyelesaian sebuah konflik
dari setiap lakon yang aku mainkan dalam sandiwara dunia yang telah menjebakku
dalam-dalam.
Entah sudah berapa banyak lakon dan adegan yang telah aku mainkan sampai
sekarang, namun tak pernah ada seberkas cahaya yang menunjukkan ini akan
berakhir.
Bagai aktor dengan jam terbang yang tinggi, aku menggambarkan diriku ini.
Bagaimana tidak! Dalam hitungan detik aku bisa memainkan berbagai sosok dalam
satu ruang waktu. Ketika sedih tiba-tiba aku tertawa, ketika berkumpul
bersama-sama tiba-tiba aku sendirian, ketika aku tertawa lepas tiba-tiba ar
mata mulai membasahi pipi ini.
Sungguh luar biasa. Aku sendiri pun heran bagaiman ini dapat terjadi. Atau
pernahkah terfikir oleh kalian ketika bersama teman maka ekspresi kita sangat
gembira dan sangat lepas, ketika kita berada dirumah tiba-tiba kita berubah 180
derajat menjadi anak yang penurut, pendiam dan sulit bergaul.
Ini bukan mengenai kepribadian ganda, tapi lebih kepada peran apa yang kita
mainkan pada ruang waktu dan kondisi yang berbeda pula.
Setiap gerak laku kita terus berubah sesuai dengan skenario yang telah ada
dari awal kita menghirup oksigen pertama didunia ini.
Setiap aku mulai merasa konflik ini sudah mencair maka muncullah
konflik-konflik baru yang mewarnai setiap sketsa dan itu membuatku lelah.
Adegan demi adegan, sketsa demi sketsa, terus menghampiri diriku ini. Terus
bergulir seakan mengejar dan ingin terus dipentaskan. Hanya jenuh yang terasa
tanpa tahu harus berbuat apalagi.
Pernah terfikir pula dalam benak ini, untuk menulis kisah baru dengan akhir
yang penuh kebahagiaan. Namun entah mengapa ide cerita itu selalu bertentangan
dengan naskah asli yang aku pentaskan setiap hari.
Pernah pula aku bertanya, siapakah yang menulis naskah sandiwara hidupku
ini? Sehingga aku terus menerus harus melakoni semua adegan ini. Namun tak ada
jawaban yang pasti.
Semua ini seakan tiada akhir yang pasti kapan akan segera berakhir.
Menunggu sebuah kata dipenghujung adegan sandiwara yaitu “TAMAT”
Dan akhirnya aku tetap melakoni adegan-adegan baru dalam kisah hidupku.
Entah apalagi peran yang akan aku mainkan esok hari. Entahlah?
-010910-
-010910-