Pasti kalian masih asing mendengar nama pulau Nias atau sudah
tahu tapi kurang begitu yakin letak pulau itu ada di Indonesia bagian mana,
atau mungkin juga kalian sudah tahu nama Pulau itu dari Uang kertas 1000 rupiah dulu atau jangan-jangan karena pada saat Tsunami
2006 silam telah memporak-porandakan pulau itu. Ya, Pulau Nias! Sebuah pulau yang besar yang
letaknya di Samudera Hindia dan masuk dalam administasi Provinsi Sumatera Utara.
Secara geografis Pulau Nias terletak pada kordinat 1°6′N 97°32′E
dan memiliki luas kurang lebih 5.625 km². Untuk menuju
Nias dari Kota Medan dapat melalui
Bandara Kuala Namu kurang lebih 45 menit dan dari Pelabuhan Sibolga kurang
lebih 10 jam perjalanan.
Gambar Uang Kertas Rp.1000,- (sc: google) |
Pulau Nias sangat identik dengan kebudayaan Megalitik yang sampai saat ini masih banyak ditemui peninggalan dibeberapa lokasi dan bahkan didepan rumah warga pun dapat kita temui peninggalan zaman Megalitik. Orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan Ono = anak/keturunan dan Niha = manusia. sedangkan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" yang artinya Tanö = tanah.
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah Balugu. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah Balugu. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut Sigaru Tora`a yang terletak di sebuah tempat yang bernama Tetehöli Ana'a. Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias. Oh Iya, masyarakat Nias menerapan sistem Marga juga loh yang mengikuti garis keturunan Ayah (Patrilineal) dan banyak sekali Marga di Pulau Nias antara lain Gulö (marga saya), Waruwu, Hia, Zebua, Hia dan masih banyak lagi.
gadis Nias dalam balutan baju Adata (sc; google) |
Banyak sekali
yang dapat kita temui di Nias terutama sektor pariwisata namun 1 hal yang
paling mencolok dari Nias adalah kebudayaan Megalithikumnya. Salah satunya
adalah Hombo Batu yang
terletak di Desa Bawö Mataluo Nias Selatan.
Fahombo, Hombo
Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olah
raga tradisional Suku Nias. Olah raga yang sebelumnya merupakan ritual
pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek
wisata tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia.Mereka harus
melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.
Hombo Batu (sc; Google) |
Dalam budaya Nusantara zaman dahulu, belum ada keterlibatan
latihan fisik layaknya olahraga modern. Tradisi Fahombo Nias adalah ritual
pendewasaan diman para Pemuda
Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika
mereka berhasil mereka akan menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai
prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak lelaki di Pulau
Nias akan bersiap untuk melakukan giliran Fahombo mereka. Sebagai ritual, Fahombo
dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu
tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana
pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung
jawab laki-laki dewasa.
Tari Perang Nias "Fataele (sc: Google) |
pemuda Nias yang melompati Hombo Batu (sc: Google) |
Tradisi Fahombo
kini memang sudah tidak diterapkan secara utuh oleh masyarakat Nias khususnya
di Nias Selatan, ritual ini sekarang lebih kepada pertunjukan seni yang
dipertontonkan ketika ada perayaan besar dan juga sebagai atraksi kepada
wisatawan yang mengunjungi Desa Bawö Mataluo. Namun sebagai generasi muda
haruslah kita menjaga eksistensi tradisi budaya dari leluhur kita sebagai warisan
terbaik untuk kita kembali wariskan kepada anak cucu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar